Marhaban Ya Ramadhan

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1435 H



Sabtu, 10 Maret 2012

Warga Asahan Diminta Siap Hadapi Konversi Minah ke Elpiji

INDAG Kamis, 14 Okt 2010 10:45 WIB

MedanBisnis - Kisaran. Program konversi minyak tanah (minah) ke gas elpiji di Sumatera Utara kini telah memasuki tahap III. Artinya, daerah-daerah yang sebelumnya belum termasuk dalam program tahap I dan II, termasuk Kabupaten Asahan, masyarakatnya kini harus bersiap untuk beralih dalam penggunaan bahan bakar dari minyak tanah ke elpiji.



“Mau tidak mau masyarakat di seluruh Indonesia, termasuk di Asahan ini harus beralih untuk menggunakan elpiji. Karena ini adalah program nasional, dan untuk di Sumut, Kabupaten Asahan masuk dalam program tahap III program konversi ini. Sebab, pada tahun ini juga, pasokan minyak tanah bersubdisi akan ditiadakan,” kata Kabag Perekonomian Kabupaten Asahan, M Syarif kepada MedanBisnis, Rabu (13/10), di Kantor Pemkab Asahan.

Namun demikian, katanya, untuk mengakrabkan masyarakat dengan elpiji butuh peran serta PT Pertamina untuk memberikan sosialisi kepada warga dalam penggunaan elpiji dengan baik dan benar, sehingga dapat menghindarkan segala sesuatu yang tidak diinginkan. Karena selama ini, masyarakat telah dihantui ketakukan dan enggan menggunakannya saat memasak dan tetap bertahan dengan minah atau kayu bakar.

"Untuk saat ini sekitar 60% warga Asahan telah menggunakan gas, sedangkan 40% lagi masih menggunakan minah, dan itu berada di wilayah pedalaman. Agar hal ini merata, kita meminta pihak Pertamina dapat terus mensosialisasikannya kepada warga," ujar Syarif.

Kecelakaan yang kerap terjadi selama ini, menurut Syarif, merupakan kelalaian dan kurang berhati-hati saat menggunakannya, karena gas itu tidak akan berbahaya bila dipakai sesuai dengan ketentuan. Kecelakaan itu timbul akibat kurang kencangnya penutup selang sambungan kompor ke tabung gas, sehingga menimbulkan kebocoran dan akhirnya meledak. "Masyarakat harus paham benar penggunaannya, dengan memperhatikan peraturan pakai dan tidak anggap sepele dengan hal sekecil apapun," kata Syarif.

Disinggung dengan beredarnya tabung palsu, Syarif tidak ada komentar, karena dia tidak mempunyai bukti autentik menyatakan adanya tabung itu palsu. Namun ia menjelaskan, hasil temuan di lapangan, banyak berat tabung elpiji 3 kilogram tidak sesuai dari Standar Nasional Indoensia (SNI), ada beratnya yang 2,8 kg, namun ada juga yang lebih dari 3 kg.

Sedangkan untuk keberadaan minyak tanah bersubsidi di Asahan, Syarif menjelaskan Komisi B DPRD Asahan masih mangajukan permohonan perpanjangan subsidi minah ke Pertamina Pemasaran I Medan, yang kabarnya untuk November pemotongan 10% dari 20%, dan akhir Desember 2010 subsidi itu dicabut.

"Kita masih menunggu keputusan itu, diterima atau tidak," kata Syarif seraya mengatakan harga minyak tanah bersubsidi di Asahan berdasarkan HET sebesar Rp3.200 per liter. Sehingga bila ada pangkalan yang menjual minyak tanah bersubsidi di atas harga itu, maka hal itu sudah merupakan pelanggaran dan bisa dikenai sanksi. Sehingga jika ada masyarakat yang menemukannya, bisa segera melaporkannya ke pihak yang berwenang. (Indra sikoembang)

0 komentar:

Posting Komentar

indra sikoembang © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute